Manado, 30 April 2025, Global dan Nasional: Isu geopolitik global dimana Perang Dagang Trump berimbas global termasuk Indonesia. Hal tersebut berdampak pada sentiment tekanan pasar saham dan dinamika pasar komoditas global. Fenomena memudarnya consensus global, kebijakan inward looking, geostrategi, dan proteksionisme, dan shifting dari rule based trading berisiko terhadap pada neraca dagang dan ekonomi nasional.
Regional Sulawesi Utara: di tengah tingginya ketidakpastian global, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan kinerja stabil yang ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi makro yang terjaga. Ekonomi Indonesia tumbuh solid 5,7% (yoy) pada triwulan I 2025, dan inflasi terjaga di 1,03% (yoy). Struktur BPI Danantara telah dibentuk untuk mengawal investasi pada sektor prioritas yaitu food security dan energy security. Tingkat inflasi domestik pada bulan Maret 2025 berada di level 1,41% (yoy) atau 2,65% (mtm), utamanya dipicu turunnya produksi karena cuaca buruk dan naiknya harga ikan karena cuaca ekstrem sepanjang Maret 2025. Selain itu, bulan Maret 2025 menandai berakhirnya diskon 50% tarif listrik untuk kelompok tertentu dari pelanggan PLN.
Kondisi perekonomian di kawasan Sulawesi Utara (Sulut) secara umum juga menunjukkan penguatan seiring dengan peranan fiskal sebagai shock absorber dan tetap kuatnya aktivitas perekonomian dan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari beberapa indikator. Pertama, untuk pertumbuhan ekonomi di Sulut tumbuh 5,59% pada triwulan IV TA 2024. Untuk tingkat inflasi di Sulawesi Utara pada Maret tahun 2025 ditutup dengan mencatatkan tingkat inflasi pada level 1,41% yoy. Selanjutnya, Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Utara pada bulan Maret 2025 naik 0,77% dari bulan sebelumnya menjadi 125,57. Selaras dengan itu, Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 2,83% dari 107,46 di bulan Februari 2025 ke 117,09 di bulan Maret 2025. Dari sisi kinerja neraca perdagangan, Neraca Perdagangan (Ekspor Impor) di Sulawesi Utara pada Maret 2025 melanjutkan tren surplus dengan kinerja neraca perdagangan surplus 87,37 Juta USD.
Selanjutnya, dari sisi pemerintah, APBN tetap menjadi shock absorber dampak dari gejolak dan ketidakpastian ekonomi di tingkat global, sekaligus sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi di tingkat regional. Atas pelaksanaan APBN di Sulawesi Utara, Pendapatan telah terealisasi sebesar Rp904,34 miliar atau 17,52% dari target yang telah ditetapkan.
Di Sulawesi Utara, pendapatan perpajakan menjadi sumber utama pendapatan negara dalam APBN. Tercatat realisasi penerimaan pajak di Sulawesi Utara sampai dengan 31 Maret tahun anggaran 2025 adalah sebesar Rp606,79 miliar atau telah terealisasi sebesar 16,72% dari target penerimaan perpajakan tahun 2025.
Selain dari penerimaan pajak, salah satu sumber pendapatan negara adalah dari pendapatan bea dan cukai dimana realisasi sampai dengan akhir Maret 2025, dilaporkan pendapatan bea dan cukai telah terealisasi sebesar Rp36,59 miliar. Sampai dengan akhir Maret 2025 penerimaan Cukai terealisasikan sebesar Rp5,26 miliar, Bea Masuk sebesar Rp4,23 miliar, dan realisasi penerimaan Bea Keluar sebesar Rp27,10 miliar.
Komponen pendapatan negara lainnya adalah PNBP. Pendapatan APBN lainnya adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Capaian PNBP s.d 31 Maret 2025 adalah sebesar Rp261,09 miliar atau 17,60% dari target.
Dari sisi Belanja APBN, telah terealisasi sebesar 22,35% dari alokasi/pagu dengan nilai realisasi sebesar Rp4.443,57 miliar. Dana Transfer ke Daerah, Belanja Pegawai dan Belanja barang menjadi komponen belanja terbesar yang ada. Secara serapan belanjanya, Belanja Pegawai terealisasikan 26,86% dari total pagu. Sedangkan untuk realisasi Belanja Barang terealisasikan 18,78%. Sampai dengan 31 Maret 2025, berdasarkan pelaksanaan APBN di Sulawesi Utara tercatat defisit sebesar Rp3.539,23 miliar.
Transfer Ke Daerah (TKD) sampai dengan akhir Maret 2025 telah disalurkan Rp3.116,28 miliar atau 23,09% dari pagu. Dari angka tersebut, DAU menempati porsi terbesar realisasi TKD di wilayah Sulawesi Utara dengan nilai realisasi Rp2.442,95 miliar dan disusul DAK Non Fisik dengan realisasi Rp382,71 miliar.
Dapat disimpulkan, di tengah dinamika ketidakpastian global yang masih tinggi, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada kuartal I terjaga positif 5,59% yoy dimana peran sentral fiskal melalui APBN dan APBD di Sulawesi Utara sebagai shock absorber tekanan yang muncul untuk melindungi masyarakat dan menjadi katalisator untuk menjaga stabilitas ekonomi di sepanjang tahun 2025.