Kegiatan Pembinaan Mental dengan tema ” Hijrah Menuju Pribadi Yang Merdeka” dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 Juli 2024 pukul 15.00 s.d. selesai di Ruang Relaksasi KPPN Klaten. Bintal bertujuan agar segenap diri kita menjadi pribadi yang lebih baik dengan momen tahun baru hijriah, merdeka bebas dari tekanan keburukan siapapun, beramal semua karena Allah Taala, menggunakan waktu sebaik mungkin dengan penuh iman dan amal sholeh dan menghindari hal-hal yang membuat waktu menjadi sia-sia. Bintal disampaikan oleh Ustadz KH Maryanto Pengasuk Pondok Pesantren Al Amin Belang Wetan Klaten. Kegiatan diikuti oleh para pejabat/pegawai KPPN Klaten dan pegawai PPNPN dan Mahasiswa Magang secara offline.
Sebelum Pengajian, Pembawa acara membacakan susunan Acara, dan maksud tujuan pengajian. Selanjutnya Pembacaan Kitab Suci AlQuran yang dibawakan oleh Mas Hidayat Pegawai PPNPN KPPN Klaten. Dilanjutkan Acara Inti yaitu Tausiah dari Ustad KH Maryanto. Ustadz mengajak jamaah untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah swt, atas Kemurahaan Yang Maha Kuasa.
Ustadz membacakan surat Luqman ayat 12 tentang syukur : وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ Yang artinya : Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Jika kita bersyukur kepada Allah hakikatnya untuk ditambah nikmat diri kita, maka perbanyaklah syukur kepada Allah taala, tak henti-hentinya sebagaimana nikmat juga tiada henti.
Kemudian Ustadz membacakan hadits tentang 3 amal jariah :
Yang artinya : Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rosulullah Saw. bersabda: ”Apabila ‘anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah yang berlaku terus menerus, pengetahuan/ilmu yang di manfaatkan, dan anak sholeh yang mendoakan dia.” (HR Muslim)
Ustadz Kembali mengajak kita bersyukur terutama atas nikmat iman yang dianugerahkan kepada kita, tidak semua orang diberikan nikmat iman, hanya Allah pilih yang diberikan nikmat iman. Juga nikmat sehat serta sempat sehingga kita dapat berkumpul Bersama disini untuk menimba ilmu.
Sholawat dan salam tak lupa kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi dan Rasulullah, Muhammad saw, yang kita mengharapkan syafaatnya di yaumil akhir nanti.
Jika tak kenal maka Taaruf. Ustadz memperkenalkan diri, alamat tempat tinggal di Srago Cilik dekat Pasar Srago, Aktivitas sebagai pengasuh di PPTQ Al Amin Klaten dan KUA Klaten.
Ustadz bercerita tentang seorang santri yang telah beberapa tahun nyantri di pondik pesantren, tetapi merasa sulit untuk mengasai ilmu yang diajarkan. Ilmu Nahwu Shorof tak menguasai, Ilmu Fiqh tak di dapatkan, dan ilmu lain seakan hilang seperti angin, setelah diajarkan terus lupa taka da yang diingat.
Karena yang demikian dia menghadapap kyai, matur jika dia malu/pakewuh, sudah beberap tahun tak mendapatkan ilmu yang diharapkan. Dia ingin pulang saja untuk mencari kerja seadanya. Kyai menyarankan kalo kerja seadanya, kerja aja dipondok, akan diberikan kerja seadanya. Setelah dipertimbangkan santri tadi menerima saran kyai dan tetap dipondok.
Kerjanya adalah memboncengkan kyai dengan sepeda jika mendapatkan undangan ceramah diluar pondok. Setelah tiga bulan santri ini matur ke kyai, jika dia ingat apa yang diceramahkan kyai, baik dalil ayat maupun hadits dan urainnya. Dia matur jika kyai berhalangan, dia siap untuk menggantikan kyai mengisi ceramah.
Ternyata hari itu ada undangan ceramah, dan kyai menawarkan agar dia menggantikan ceramah. Tetapi dia merasa tidak enak, karena sudah sanggup akhirnya bersedia. Hanya saja tidak mempunyai pakaian seperti pakaian kyai. Maka kyai meminjami jubah dan surban kyai, termasuk sepeda kyai sekaligus nanti yang memboncengkan dia ke tempat ceramah adalah kyai.
Setelah sampai ditempat acara, sesuai kebiasaan, yang dibonceng adalah kayai, sedangkan yang memboncengkan adlah muridnya. Santri ini disambut dengan meriah oleh panitia dan seluruh hadirin. Ada yang berbisik, kyai tapi kok masih muda, yang lain berbisik memang zaman sekarng banyak kyai muda, tetapi santri tua.
Santri ini dapat memerikan ceramah seperti kyai, dia bernafas lega setelah selesai. Hanya saja datang beberapa orang dan panitia membawa kitab jurumiah, minta kepada penceramah/santri tadi untuk menjelaskan. Dia berfikir bagaiman caranya, padahal dia belum faham. Maka dia mengatakan untuk kitab awal seperti jurumiah silakan minta muridnya untuk menjelaskan. Jika kita lanjut nanti dia yang akan terangkan.
Setelah diterangkan kyai aslinya, semua hadirin merasa puas, sangat pandai santri yang memboncengkan. Tentu lebih pandai lagi kyai yang diboncengkan. Demikianlah jika manut sama kyai, semangat tholubul ilmu, maka akan mendapatkan berkah dan kemuliaan dari kyai.
Ustad melanjutkan ceramahnya dengan menerangkan hakikat hidup, yaitu berpindah alam. Dahulu kita berada dialam ruh, kemudian di alam Rahim, dan sekarng ini kita di alam dunia, dan besok akan berada dialam akhirat, dimulai dari alam qubur, alam masyar, alam shirot dan terakhir apakah disurga ataukah dineraka.
Kita tidak usah memikirkan berapa lama masing masing alam, yang lebih penting bekal apa yang harus kita siapkan dialam berikutnya. Diantara bekal itu adalah kesadaran kita bahwa didunia ini ada hak dan kewajiban.
Jika kita berlaku positip akan hak dan kewajiban maka hidup kita akan menjadi tenang, tentram dan Bahagia. Sebalinya jika kita berlaku negative akan hak dan kewajiban, maka kiata lkan jauh dari jiwa yang tenang, tentram dan Bahagia.
Tubuh kita, badan kita ada haknya, baik sebagi jasmani maupun rohani.Hak badan jasmani adalah makanan yang bergizi, pola hidup teratur, istirahat cukup, maka badan akan sehat. Sedangkan jika terlalu sibuk ibarat “sirah ngge sikil sikil nggo sirah” maka akan datang penyakit.
Ustadz mencontohkan tetangganya, yang dulu adalah manajer sebuah perusahaan percetakan. Ingin penghasilan yang lebih, maka dia keluar dan mendirikan percetakan sendiri. Orderan banyak, bulan pertama rama, bulan kedua tambah ramai, bulan ketiga bertambah lagi. Tetapi lupa akan diri sendiri, sibuk bekerja siang dan malam. Akhirnya badan tidak kuat dan jatuh sakit dan harus diopname dengan diangnosis stroke.
Demikian juga badan sebagai rohani juga mempunyai hak. Haknya diantaranya adalah dzikir, sholat, puasa, dan menuntul ilmu. Seseorang yang merasa butuh akan makanan rohani maka di ajika ada ceramah makan akan didengar dan disimak. Dengan Ilmu maka hati menjadi hidup sehingga timbul untuk niat dan amal kebaikan. Sebaliknya jika tidak ada ilmu masuk, maka hati menjadi sakit-qolbun maridhun, bahkan hati menjadi mati-qolbun mayyitun, jika demikian maka hidayah tak akan masuk.
Hak berikutnya yaitu hak keluarga. Diantaranya yaitu kumpul keluarga, musyawarah, dan makan Bersama serta bepergian Bersama. Hak yang sangat penting yaitu saling berkomunikasi dengan baik. Jika tidak maka rumah hanya seakan terminal transit, ayah datang ibu pergi anak main. Dan akhirnya kana kita lihat banyak terjadi keretakan, kenakalan remaja bahkan perceraian. Makan bersama baik dirumah maupun di luar misal di hik, sangat penting untuk kebersamaan.
Hak masyarakat misalnya kita takziah, mengantar jenazah, menengok tetangga sakit, menghadiri rapat RT, menghadiri undangan pernikahan dan undangan lainnya. Jika tidak maka akan jadi bahan pembicaraan, dicemooh bahkan dikucilkan. Tentunya yang berkategori positip, jika hal dimasyarakat negative tentu harus kita hindari, seperti ajakan karaoke dan mabuk.
Hak Allah adalah untuk diibadahi. وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (Surat Az-Zariyat Ayat 56) Yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. Dan kita manusia diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah swt.
Telah banyak nikmat Allah yang dikaruniakan kepada diri kita tanpa diminta ataupun dengan berdoa, baik berupa rezeki harta ataupun Kesehatan, rezeki jodoh, anak dan pekerjaan. Ibadah kepada Allah adalah bentuk syukur kita. وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ (Surat Ibrahim Ayat 7). Artinya Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Jika terjadi musibah besar, berarti ada hak Allah yang dilanggar, misalnya terjadinya tsunami yang diakibatkan maksiat yang merajalela, Allah di serikatkan, dan kewajiban agama yang ditinggalkan.
Jika Imbang pelaksanaan hak dengan kewajiban, Badan akan terjaga Kesehatan dari sakit, keluarga Sakinah mawaddah wa rahmah, anak akan menjadi qurrota a’yun jauh dari kasus kenakalan.
Modal paling berharga kita adalah waktu, maka dengan nikmat waktu yang tersisa, kita tingkatkan ibadah kita. Hilang harta, pekerjaan masih bisa dicari, tetapi kalau hilang waktu, tak akan berulang. Misalnya saat kita pengajian kali ini, waktu tak akan berulang, walaupun pengajian dengan materi yang sama bisa berulang, tetapi waktu tak akan berulang.
Dalam penggunaan waktu, memang banyak orang cenderung “sak karepe” sekehendaknya, kadang waktu habis untuk main game, nonton film, sosmed, dan sebagainya. Tapi ingat, kita akan ditanya nikmat waktu kita gunakan untuk apa, untuk kebaikan, untuk keburukan atau kita sia siakan.
Demikian pentingnya waktu, diisyaratka Allah swt di banyak ayat Al Quran. Allah bersumpah demi waktu- Wal ‘Ashr, demi waktu Fajar-Wal Fajr, demi waktu dhuha-Wadhuha dan surat surat lainnya.
Sungguh rugi jika kita menyia-nyiakan waktu. Kita selamat dari kerugian waktu jika kita beriman, beramal sholeh, dan saling mengingatkan dalam kebaikan/haq dan kesabaran. Banyak yang mengingatkan agar kita menggunakan waktu imbang antara kepentingan dunia dan akhirat, dengan tujuan wujud syukur atas nikmat Allah swt. Akan tetapi dalam kenyataan tidak seimbang bahkan seperti taka da waktu untuk akhirat.
Padahal Sesuatu yang pasti adalah negeri akhirat dan pembalasannya, sedangkan didunia ini belum pasti, sifatnya hanyalah mungkin, orang yang bodoh jika belajar mungkin bisa jadi pintar mungkin juga tetap tidak pintar, orang miskin jika rajin kerja mungkin bisa jadi kaya mungkin juga tetap tidak kaya, orang kerja mungkin bisa dapat duit mungkin juga tidak dapat apa-apa, orang jualan mungkin laku mungkin juga tidak laku.
Bagi orang beriman, Negeri akhirat adalah hal yang pasti, siksa ataupun nikmat kubur hal yang pasti, kengerian padang masyar adalah pasti, hisab adalah pasti , titian shirat adalah pasti, demikian juga siksa neraka ataupun nikmat surga adalah pasti. Sedangkan dunia yang Nampak ini justru tidak pasti. Karena itu jangan lupakan yang pasti karena sesuatu yang masih mungkin.
Pahala sholat jamaah adalah pasti, pahala sedekah pasti, pahala membaca Alquran adlah pasti, pahala menyantuni fakir miskin adalah pasti, pahala mencari ilmu juga pasti. Karena itu kita angan ketungkul/terlena yang mungkin dan mengalahkan yang pasti.
Hidup kita dunia ini sebentar saja. Nilai waktu sehari diakhirat adalah 1000 tahun didunia.Jika senang didunia ini ibarat hanya senang 1,5 jam dibandingkan di akhirat, demikian juga jika menderita.
Bagaimana kita menyeimbangkan hidup, menggunakan waktu separuh untuk urusan dunia dan separuhnya lag untuk urusan akhirat? Jika dihitung dalam seminggu, ada 168 jam. Kebanyakan kita gunakan untuk tidur, jika sehari 8 jam berarti dalam seminggu kita gunakan 56 jam. Jika kita bekerja 8 jam sehari berarti dalam seminggu kita gunakan 56 jam. Jika kita beribadah sholat selama seminggu katakanlah tiap sholat adalah 5 menit, maka seminggu kurang dari 10 jam. Sedangkan sisa 46 jam kita gunakan untuk kumpul keluarga, olahraga, kumpul tetangga dan kawan, dan kegiatan lainnya.
Maka kita ingat lagi, bahwa terkait waktu semua rugi, kecuali orang yang beriman, selalu beramal sholeh, dan selalu saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, sebagaimana dalam surat al ashr. Untuk itu hendaknya selalu menjaga diri dengan tekun ibadah, beraklak yang mulia, dan meniatkan sesuatu kebaikan karena Allah dan ibadah kepada-Nya, menghindari keburukan dan kejahatan.
Hari ini bayak orang berulang tahun, baik yang masih kanak-kanak, dewasa, maupun yang berumur senja. Hanya saja banyak yang tidak menyadari, Ketika ulang tahun, sebenarnya umur kita berkurang. Mungkin nyanyian ulang tahun yang tepat adalah “sudo umure cepak matine-sudo umure cepak matine” berkurang umurnya, dekat kematiannya.
Di momen bulan tahun baru hijriah ini, hendaknya kita menambah kebaikan, menambah syukur, dan menambah amal. Jika beramal buruk, segera bertobat dan menjadi baik, beramal kebaikan. Janganlah seperti orang yang mendendangkan kecil dimanja, muda foya foya, tua kaya raya, mati masuk surga.
Firman Allah swt, وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَهَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلَّذِينَ ءَاوَوا۟ وَّنَصَرُوٓا۟ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ yang artinya, Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.(Surat Al Anfal ayat 74)
Setelah menyatakan keimanan maka hendaknya diikuti dengan kesiapan berhijrah menjadi lebih baik (kalau dahulu kesiapan berpindah ke negeri yang ditunjukkan nabi) serta berjuang di jalan kebaikan, maka akan mendapatkan ampunan Allah swt, mendapat rezeki yang mulia, jiwa dan derajat yang agung dan kemenangan yang nyata. Derajat iman yang sesungguhnya akan didapatkan kalo ada kesungguhan untuk berubah dan berjuang dalam kebaikan.
Ustadz Kembali bercerita tentang seorang santri yang putus asa dalam belajar, dia memutuskan untuk pulang, dalam perjalanan kelelahan dan beristirahat dalam gua. Didalam gua dia memperhatikan ada air yang menetes demi setetes terus menerus yang jatuh ke sebuah batu dan mampu melubangi batu itu. Santri ini berfikir, jika demikian, jika aku belajar suatu ilmu terus menerus tentu akan masuk kedalam otakku dan hatiku setetes demi setetes, tentu akan berhasil juga. Santri ini Kembali ke Pondok dan belajar lebih giat lagi, terus menerus, sampai berhasil jadi Ulama Besar. Demikian lah kisah Ibnu Hajar (anak batu) al asqolani yang mengarang kitab Nashoibul Ibad (nasehat untuk seorang hamba agar lembut hatinya).
Pada tahun baru hijriah ini hakekatnya umur kita berkurang satu tahun. Marilah kita Evaluasi diri, bersungguh memperbaiki diri, berdoa memohon kemulian dunia dan akhirat. Gunakanlah sisa umur kita untuk tetap beriman, menambah amal sholeh dan memberi ingat akan kebenaran dan kesabaran atasnya.
Terkait pertanyaan Ibu Hajjjah Nur Widhi, tentang bagaimana agar urusan dunia akhirat kita seimbang dengan amal yang bernilai pahala besar, misalnya sholat Isya’ berjamaah berpahala sholat sunnah setengah malam dan sholat shubuh berjamaah di masjid berpahala sholat sunnah sepanjang malam.
Ustadz memberikan penjelasan memang demikian adanya, misalnya Tidurnya orang berilmu maka lebih baik daripada sholat sunnah 1000 rakaat, karena tidurnya orang berilmu juga bernilai ibadah. Namun demikian pilih amal yang mempunyai dasar hadits yang kuat, walaupun untuk fadhoil amal boleh menggunakan hadits yang dhoif.
Ceramah diakhiri dengan Doa.
Penulis : Sumadi Pegawai KPPN Klaten, disarikan dari Bintal