Sebutan untuk Ibu dari Berbagai Negara
Ibu. Bunda. Mama. Mommy. Ammá. Maman. Eomma. Setiap negara, bahkan daerah, memiliki sebutan khas untuk sosok perempuan luar biasa ini. Di Jepang, kita mengenalnya sebagai “Okaasan,” sementara di Italia, “Mamma.” Di Afrika Selatan? “Mama,” yang terdengar hangat dan akrab. Bagaimana dengan Indonesia? Dari Sabang sampai Merauke, ibu dipanggil dengan berbagai nama: Mak, Emak, Bunda, atau yang lebih tradisional seperti Umi dan Ibunda.
Namun, di balik keragaman sebutan ini, ada satu kesamaan universal yang tidak terbantahkan: cinta kasih seorang ibu yang tanpa syarat. Dan pada 22 Desember, kita di Indonesia merayakan Hari Ibu, sebuah perayaan yang lebih dari sekadar membanjiri ibu dengan hadiah dan ucapan klise.
Sejarah Hari Ibu 22 Desember
Hari Ibu di Indonesia pertama kali dicanangkan oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959. Tanggal 22 Desember dipilih untuk memperingati Kongres Perempuan Indonesia pertama yang berlangsung di Yogyakarta pada tahun 1928. Kongres ini menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan perempuan di Indonesia, yang membahas berbagai isu seperti pendidikan perempuan, hak politik, hingga peran ibu dalam membangun bangsa.
Berbeda dengan Hari Ibu di negara lain yang seringkali hanya bersifat perayaan keluarga, Hari Ibu di Indonesia memiliki makna perjuangan. Hari ini adalah pengingat akan semangat dan kontribusi perempuan Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan, kesetaraan, dan pembangunan. Jadi, jika Anda mengira Hari Ibu hanya soal memberikan bunga atau cokelat, pikirkan lagi!
Inspirasi dari Perjuangan Perempuan Indonesia
Bayangkan ini: tahun 1928, di sebuah aula sederhana di Yogyakarta, lebih dari 30 organisasi perempuan dari berbagai daerah berkumpul. Mereka berdiskusi, berbagi ide, dan memetakan masa depan perempuan Indonesia. Dalam suasana penuh semangat, para perempuan ini meletakkan dasar bagi gerakan perempuan yang kita kenal hari ini.
Kini, hampir seabad kemudian, perjuangan mereka tetap relevan. Perempuan Indonesia terus menunjukkan kehebatannya di berbagai bidang: dari politik, pendidikan, hingga teknologi. Tokoh-tokoh seperti RA Kartini, Cut Nyak Dien, hingga Sri Mulyani Indrawati menjadi bukti nyata bahwa perempuan Indonesia mampu bersaing di level global, tanpa kehilangan identitas dan nilai-nilai budaya.
Rayakan dengan Cara yang Berbeda
Hari Ibu tidak harus dirayakan dengan cara yang mahal atau mewah. Cobalah beberapa ide berikut ini:
-
Surat Cinta untuk Ibu: Tulis surat sederhana yang mengungkapkan rasa terima kasih Anda. Tidak harus puitis, yang penting dari hati.
-
Hari Bebas Kerja untuk Ibu: Biarkan ibu Anda bersantai seharian. Ambil alih tugas rumah, dari memasak hingga membersihkan.
-
Kumpul Keluarga Virtual: Jika tidak bisa bertemu langsung, gunakan teknologi untuk menghubungkan keluarga.
-
Buat Video Kenangan: Rekam momen spesial bersama ibu, tambahkan foto-foto lama, dan putar saat makan malam bersama.
Penutup
Hari Ibu adalah momen untuk merenungkan, bukan hanya merayakan. Ini adalah waktu untuk menghargai perjuangan perempuan Indonesia, baik sebagai ibu, pejuang, maupun pemimpin. Jadi, pada 22 Desember ini, luangkan waktu sejenak untuk mengatakan: “Terima kasih, Ibu.” Dan jika Anda masih bingung, ingatlah bahwa pelukan hangat dan senyuman tulus adalah hadiah terbaik yang bisa Anda berikan. Selamat Hari Ibu! ❤️