Sekretaris daerah Kabupaten Enrekang, H Baba sebagai Narasumber
Fordaeng (Forum Data Analytics Ajatappareng) kembali mengkaji Data BPS dan Pemerintah Daerah guna mendalami Transfer Ke Daerah (TKD) yang disalurkan KPPN ke Kabupaten/Kota di Ajatappareng. Focus Group Discussion Data Analytics :Analisis ekonomi regional yang diselenggarakan dua kali dalam triwulan ini, sengaja memotret pembangunan Kabupaten Enrekang dikarenakan secara data statistik, Enrekang memiliki tingkat Kemiskinan tertinggi di Ajatappareng yakni 12%. KPPN perlu mengkaji seberapa signifikan impact dan outcome dana transfer ke daerah dalam pembangunan Kabupaten Enrekang.
FGD Data Analytics : Analisis Ekonomi regional part 4 dilaksanakan Rabu (15/3) lalu, dibuka oleh Master Of Ceremony (MC) Mustika sari dan dilanjutkan dengan keynote speech oleh Chief of Treasury and Financial Advisor yakni Bapak Alim Afifi. Ucapan terimakasih disampaikan Kepala KPPN atas kesediaan menjadi narasumber yaitu Sekretaris Daerah Kabupaten Enrekang Dr. H Baba, SE.,MM, Rektor ITH Prof Ansar Suyuti, Kepala BPS Kabupaten Enrekang Hasbullah, S.Si. FGD ini merupakan media pembelajaran dan pendalaman lebih lanjut atas data analytics yang diambil dari Kemenkeu Satu Parepare, BPS dan Pemda wilayah Ajatappareng.
Hadir dalam kegiatan ini Kemenkeu satu Parepare, Pejabat dan staf Insan perbendaharaan lingkup Kanwil DJPB Sulawesi Selatan, perwakilan pejabat dan pegawai Pemda se-Ajatappareng, para stakeholder dari satuan kerja lingkup KPPN Parepare, dan insan perbendaharaan KPPN Parepare.
FGD Data Analyitics part 4 ini, dimoderatori oleh Andi ramlang Pettalili, Pejabat Fungsional KPPN parepare. Andi Ramlang membagi durasi Materi dalam 3 sesi oleh ketiga Narasumber. Materi pertama dibawakan oleh Plt. Kepala BPS Kabupaten Enrekang yakni Hasbullah S.Si dengan tema update data BPS Kabupaten Enrekang. Hasbullah memaparkan tentang data-data yang berhasil dihimpun secara update. Dari data kependudukan, data ketenagakerjaan, data kemiskinan, data pertumbuhan ekonomi dan lain-lain.
Kabupaten Enrekang memiliki jumlah penduduk tahun 2022 sebanyak 230,6 ribu jiwa. Laju pertumbuhan 0,85% yang dihitung dengan membandingkan tahun terakhir dengan tahun sebelumnya. Jumlah tersebut menempati lahan Kabupaten Enrekang seluas 1.784,93 kilometer persegi.
Pemateri juga menyampaikan tentang tingkat kemiskinan yang cenderung menurun dari tahun ke tahun. Secara signifikan tercatat dalam grafik yang dipaparkan bahwa tingkat kemiskinan menurun dari tahun 2013 sampai tahun 2022. Namun demikian, meskipun mengalami penurunan, tingkat kemiskinan masih tergolong tinggi dibanding dengan daerah lain, yakni 12,39%.
Akhir bulan februari tahun 2022, BPS telah dapat mendata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Enrekang. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat perkembangan riil dari agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (persen). Peningkatan pendapatan sebesar 3,71% disbanding tahun sebelumnya.
Selanjutnya, materi kedua dibawakan oleh Sekretaris daerah kabupaten Enrekang yang menyampaikan materi tentang kemanfaatan TKD bagi Kabupaten Enrekang. Dr H Baba SE, MM, mengatakan bahwa TKD merupakan penerimaan terbesar dari pemerintah pusat. Dimana penggunaannya ada yang telah diatur dan ada yang belum diatur penggunaannya. Rata-Rata Proporsi Transfer Ke Daerah terhadap Total Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Enrekang Dari Tahun 2020-2022 sebesar 84%. Dalam paparannya, H Baba membagi slide dalam 3 kategori besar, pertama, Perkembangan TKD Enrekang yang berisi jumlah realisasi dari tahun 2020 sampai 2022. Kedua, Pemanfaatan TKD Dalam berbagai bidang antara lain Bidang Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan Umum, dan bidang-bidang lainnya. Ketiga, Capaian Outcome atas penggunaan TKD di Enrekang.
Materi ketiga, dari Narasumber Akademisi yaitu Rektor Institut Teknologi BJ Habibie. Profesor Ansar Suyuti menyampaikan materi yakni optimalisasi TKD bagi Pembangunan. Menurut Profesor, Optimalisasi TKD dalam Pembangunan berdasarkan Peraturan Perundang Undangan dapat dilakukan dengan desentralisasi fiscal. Transfer ke Daerah (TKD) atau desentralisasi fiskal adalah mekanisme transfer keuangan APBN yang berhubungan dengan kebijakan keuangan negara terhadap aktivitas perekonomian masyarakat daerah. Pemerataan kemampuan keuangan antar daerah harus selaras dengan besarnya kewenangan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah otonom. TKD bertujuan untuk meningkatkan potensi daerah yang kemudian menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Dalam mengembangkan potensi daerah, keuangan daerah yang baik sangat memengaruhi dimana transfer dana dari pemerintah harus terpenuhi serta terstruktur.
Hal yang penting disampaikan oleh Rektor ITH adalah pembentukan Inovasi teknologi untuk optimalisasi TKD melalui e-monev TKD bagi KPPN. Teknologi inovasi dapat dilakukan dengan antara lain:
- Re-engineering seluruh peraturan terkait penerimaan dan penyelenggaraan keuangan daerah serta regulasi pusat yang terkait pelaksanaan TKD.
- Analisis kebutuhan dan proses bisnis untuk digitalisasi penerimaan daerah, penyelenggaraan keuangan, pertanggungjawaban dan pelaporan TKD.
- Disain dan implementasi sistem monev elektronik TKD dalam mengoptimalkan pola hubungan keuangan pusat-daerah serta manajemen penerimaan dan penyelenggaraan keuangan daerah.
Selesai materi dibawakan oleh ketiga narasumber, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Sesi ini dimanfaatkan oleh 3 orang penanya, yakni Firman dari Kanwil DJPB Sulawesi Selatan, yang mengapresiasi pengembangan UMKM jenis kopi yang dapat dioptimalkan pemasarannya guna mendukung UMKM tersebut. Penanya berikutnya Desi Ariyanti, kepala Seksi Vera menyanyakan tentang KPM dana desa dan Pendapatan perkapita. Desi juga mengusulkan untuk ada sharing session dari ITH ke KPPN terkait dengan inovasi teknologi yang memungkinkan untuk menjadi implementasi KPPN berikutnya. Penanya ketiga, dari ITH. Yang mengusulkan adanya kolaborasi Pemda, ITH dan unit lainnya terkait kebutuhan teknologi.
FGD data Analytics : analisis ekonomi regional part 4, ditutup pada pukul 12.30 Wita dengan antusiasme peserta masih cukup tinggi. Dikarenakan waktu yang terbatas, maka tanya jawab hanya dapat dilakukan satu sesi oleh 3 penanya. Dapat disimpulkan bahwa FGD ini cukup efektif dan bermanfaat bagi peserta. (des)