Perbedaan generasi di tempat kerja adalah sebuah keniscayaan. Ada yang tumbuh dengan mesin ketik, ada pula yang tumbuh dengan layar sentuh. Tapi ketika perbedaan ini tidak dikelola dengan bijak, yang muncul bukan kekuatan, melainkan jarak—emosional maupun fungsional. Stigma antargenerasi kerap muncul dalam bentuk stereotip, prasangka, atau sekadar kesalahpahaman. Padahal, jika dikelola dengan cerdas, keberagaman ini justru bisa jadi aset organisasi.

Salah satu kunci menghadapi tantangan ini adalah dengan mengubah cara pandang. Setiap generasi membawa nilai dan kekuatan unik. Generasi senior punya pengalaman dan kearifan praktis yang sangat berharga. Generasi muda datang dengan semangat, adaptasi cepat, dan penguasaan teknologi. Saat keduanya berkolaborasi, solusi yang dihasilkan jauh lebih kaya dan inovatif.

Dalam membangun sinergi lintas generasi, ada empat hal yang perlu terus ditumbuhkan. Pertama, penghargaan terhadap keberagaman. Kedua, kolaborasi positif yang mengintegrasikan sudut pandang berbeda. Ketiga, komunikasi yang terbuka dan saling memahami pola komunikasi masing-masing. Keempat, semangat pembelajaran dua arah: senior berbagi pengalaman, junior membawa terobosan baru.

Untuk memperkuat proses ini, organisasi dapat mengadopsi pendekatan ADKAR dalam manajemen perubahan. Dimulai dari Awareness, yaitu membangun kesadaran tentang pentingnya mengatasi stigma antargenerasi. Lalu Desire, menumbuhkan keinginan untuk terlibat dalam perubahan positif. Selanjutnya Knowledge, memperkaya wawasan tentang dinamika generasi dan cara menjembatani perbedaan. Kemudian Ability, menerjemahkan pengetahuan menjadi tindakan nyata. Dan terakhir Reinforcement, memastikan praktik baik terus berlanjut dan menjadi budaya kerja baru.