Manado, 30 Juli 2024, Kondisi perekonomian global sampai dengan semester I tahun 2024 masih menghadapi risiko ketidakpastian, seiring belum meredanya tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah dan masih berlangsungnya perang Rusia-Ukraina. Selain itu, suku bunga The Fed dan European Central Bank (ECB) masih tinggi pada tahun 2024 yang memberi tekanan kepada sektor keuangan global. Kondisi ini berdampak terhadap ketatnya likuiditas global, serta terjadinya arus modal keluar (capital outflow) di negara-negara emerging market.
Di tengah tingginya ketidakpastian global, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan kinerja stabil yang ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi makro yang terjaga. Inflasi terkendali ditandai dengan harga pangan yang mulai menurun sejak bulan Maret 2024. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang selalu berada di atas nilai 100 hingga semester I tahun 2024, menunjukkan optimisme konsumen terhadap perekonomian Indonesia. Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia tetap berada dalam zona ekspansif yang menunjukkan resiliensi perekonomian domestik.
Neraca perdagangan nasional hingga akhir Mei tahun 2024 masih melanjutkan surplus selama 49 bulan berturut-turut. Pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih kondusif untuk menopang pembiayaan APBN tahun 2024 di tengah meningkatnya volatilitas pasar keuangan global. Terjaganya indikator-indikator ekonomi tersebut mendorong kinerja positif perekonomian nasional pada triwulan I yang tumbuh 5,11 persen (yoy) dan diperkirakan tetap bertahan sampai dengan semester I tahun 2024.
Di tingkat regional, kondisi perekonomian Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) secara umum juga menunjukkan pemulihan dan penguatan seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian dan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari beberapa indikator. Pertama, untuk pertumbuhan ekonomi di Sulut tumbuh 5,64% pada triwulan I TA 2024. Untuk tingkat inflasi, secara year on year Indonesia mengalami inflasi sebesar 2,51%. Sementara itu untuk Sulawesi Utara, dalam periode yang sama mengalami inflasi sebesar 4,42%. Selanjutnya, Nilai Tukar Petani (NTP)
di Sulawesi Utara pada bulan Juni 2024 naik 0,23 persen menjadi 113,02. Berbeda dengan NTP, Nilai Tukar Nelayan (NTN) mengalami penurunan dari 107,41 di bulan Mei ke 106,58 di bulan Juni 2024. Dari sisi kinerja neraca perdagangan, Neraca Perdagangan (Ekspor Impor) di Sulawesi Utara pada Juni 2024 berada di 29,02 Juta USD dan menunjukkan peningkatan dari bulan Mei yang berada pada 65,32 Juta USD.
Selanjutnya, dari sisi pemerintah, ketidakpastian ekonomi di tingkat global yang masih terdampak oleh isu geopolitik global, direspon melalui kebijakan yang didanai oleh APBN dan APBD. Dalam pelaksanaan APBN di Sulawesi Utara, Pendapatan yang telah terealisasi adalah senilai Rp2.512,47 miliar atau 47,98% dari target yang telah ditetapkan, tumbuh 5,88% (yoy).
Dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan negara, dibutuhkan pendanaan oleh APBN dimana sumber pendapatan terbesarnya adalah dari penerimaan pajak. Tercatat realisasi penerimaan pajak di Sulawesi Utara sampai dengan akhir Juni 2024 adalah sebesar Rp1,83 triliun atau telah terealisasi sebesar 46,24% dari target penerimaan tahun 2024.
Selain dari penerimaan pajak, salah satu sumber pendapatan APBN adalah dari pendapatan bea dan cukai dimana realisasi sampai dengan akhir Juni 2024, dilaporkan pendapatan bea dan cukai telah terealisasi sebesar Rp30,3 miliar. Untuk periode bulan Juni 2024 penerimaan Cukai terealisasikan sebesar Rp2,58 miliar, dan Bea Masuk sebesar Rp81,2 juta serta realisasi Bea Keluar sebesar Rp360 juta.
Selain dari Perpajakan dan Bea Cukai, Pendapatan APBN lainnya adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Capaian PNBP s.d 30 Juni 2024 adalah sebesar Rp653,31 miliar atau 54,14% dari target. Realisasi PNBP tumbuh 1,79% secara year on year dari periode yang sama tahun 2023.
Dari sisi Belanja APBN, telah terealisasi sebesar 47,62% dari pagu, tumbuh 14,9% dengan nilai sebesar Rp10,9 triliun. Dana Transfer ke Daerah, Belanja Pegawai dan Belanja barang menjadi komponen belanja terbesar yang ada. Belanja Pegawai telah terealisasikan 54,67% dari total pagu. Sedangkan untuk realisasi Belanja Modal telah terealisasikan 33,42%. Sampai dengan akhir Juni ini, berdasarkan pelaksanaan APBN di Sulawesi Utara tercatat defisit sebesar Rp8,5 triliun.
Transfer Ke Daerah (TKD) sampai dengan akhir Juni 2024 telah disalurkan mencapai Rp6,62 triliun atau 49,33% dari pagu. Dari angka tersebut, DAU menempati porsi terbesar realisasi TKD di wilayah Sulawesi Utara dengan realisasi Rp4,83 triliun dan disusul DAK Non Fisik Rp844,8 miliar.
Sebagai kesimpulan, di tengah rambatan risiko global, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara Triwulan I 2024 positif mencapai 5,64% (yoy) dan kinerja APBN hingga Juni 2024 terjaga baik. Meski demikian, ketidakpastian global yang sangat dinamis perlu terus diantisipasi dan dimitigasi. APBN di Sulawsi Utara tetap berperan sebagai shock absorber dan mendukung kebijakan countercyclical dalam mendukung perlindungan masyarakat, transformasi perekonomian, serta pembangunan yang inklusif dan berkesinambungan.