Manado, 29 Mei 2024 Dinamika geopolitik global perlu terus diwaspadai. Rantai pasok global masih rentan dengan potensi volatilitas harga komoditas yang dapat menghambat pengendalian inflasi global. Arah kebijakan moneter negara-negara maju mempengaruhi pergerakan nilai tukar, imbal hasil surat berharga, dan aliran modal ke Emerging Markets.
Ekonomi indonesia kembali tumbuh menguat pada Triwulan I 2024 mencapai 5,11%, dominan didukung konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,91% dari sisi pengeluaran dan sektor manufaktur yang tumbuh 4,13% dari sisi produksi. Pertumbuhan ekonomi yang terjaga solid berdampak positif pada penurunan tingkat pengangguran di bawah level pra-pandemi. Tingkat pengangguran pada Februari 2024 mencapai 4,82%, lebih rendah dibandingkan Februari 2020 sebesar 4,94%, didorong oleh penciptaan lapangan kerja yang tinggi.
Surplus neraca perdagangan April 2024 berlanjut di angka USD3,56 miliar (surplus 48 bulan berturut-turut). Nilai ekspor tercatat USD19,62 miliar, tumbuh 1,7% (yoy), sementara impor sebesar USD16,06 miliar, tumbuh 4,6%(yoy).
Inflasi tetap terkendali seiring tekanan harga pangan yang mulai mereda. Inflasi April 2024 mencapai 3,0% (yoy), 0,25% (mtm), dan 1,19 (ytd). Secara year to date hingga 22 Mei 2024, harga beras meningkat 2,6%. Harga bawang merah, bawang putih, telur ayam, gula pasir, daging ayam, minyak goreng, dan daging sapi juga meningkat, sementara harga cabai rawit dan cabai merah
menurun.
Di tingkat regional, kondisi perekonomian Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) secara umum juga menunjukkan pemulihan dan penguatan seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian dan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari beberapa indikator. Pertama, untuk pertumbuhan ekonomi di Sulut tumbuh 5,64% pada triwulan I TA 2024. Untuk tingkat inflasi, secara year on year Indonesia mengalami inflasi sebesar 3,00%. Sementara itu untuk Sulawesi Utara, dalam periode yang sama mengalami inflasi sebesar 4,24%. Selanjutnya, Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Utara pada bulan April 2024 naik 0,63 persen menjadi 112,59. Sejalan dengan NTP, Nilai Tukar Nelayan (NTN) juga mengalami peningkatan dari 108,31 di bulan Maret ke 108,89 di bulan April 2024. Dari sisi kinerja neraca perdagangan, Neraca Perdagangan (Ekspor Impor) di Sulawesi Utara pada April 2024 berada di 58,04 Juta USD dan menunjukkan peningkatan dari bulan April yang berada pada 58,04 Juta USD.
Selanjutnya, dari sisi pemerintah, ketidakpastian ekonomi di tingkat global yang masih terdampak oleh isu geopolitik global, direspon melalui kebijakan yang didanai oleh APBN dan APBD. Dalam pelaksanaan APBN di Sulawesi Utara, Pendapatan yang telah terealisasi adalah senilai Rp1.728,35 miliar atau 33,03% dari target yang telah ditetapkan, tumbuh 8,02% (yoy).
Dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan negara, dibutuhkan pendanaan oleh APBN dimana sumber pendapatan terbesarnya adalah dari penerimaan pajak. Tercatat realisasi penerimaan pajak di Sulawesi Utara sampai dengan akhir April 2024 adalah sebesar Rp1,25 triliun atau telah terealisasi sebesar 31,76% dari target penerimaan tahun 2024.
Selain dari penerimaan pajak, salah satu sumber pendapatan APBN adalah dari pendapatan bea dan cukai dimana realisasi sampai dengan akhir April 2024, dilaporkan pendapatan bea dan cukai telah terealisasi sebesar Rp22,63 miliar. Untuk periode bulan April 2024 penerimaan Cukai terealisasikan sebesar Rp7,11 miliar, dan Bea Masuk sebesar Rp12,91 miliar serta realisasi Bea
Keluar sebesar Rp2,61 miliar.
Selain dari Perpajakan dan Bea Cukai, Pendapatan APBN lainnya adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Capaian PNBP s.d 30 April 2024 adalah sebesar Rp449,59 miliar atau 37,41% dari target. Realisasi PNBP tumbuh 9,92% secara year on year dari periode yang sama tahun 2023.
Dari sisi Belanja APBN, telah terealisasi sebesar 29,82% dari pagu, tumbuh 9,41% dengan nilai sebesar Rp6,83 triliun. Dana Transfer ke Daerah, Belanja Pegawai dan Belanja barang menjadi komponen belanja terbesar yang ada. Belanja Barang telah terealisasikan 29,09% dari total pagu. Sedangkan untuk realisasi Belanja Modal telah terealisasikan 19,64%. Sampai dengan akhir April ini, berdasarkan pelaksanaan APBN di Sulawesi Utara tercatat defisit sebesar Rp5,1 triliun.
Transfer Ke Daerah (TKD) sampai dengan akhir April 2024 telah disalurkan mencapai Rp4,07 triliun atau 30,35% dari pagu. Dari angka tersebut, DAU menempati porsi terbesar realisasi TKD di wilayah Sulawesi Utara dengan realisasi Rp3,07 triliun dan disusul DAK Non Fisik Rp361,11 miliar.
Sebagai kesimpulan, di tengah rambatan risiko global, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara Triwulan I 2024 positif mencapai 5,64% (yoy) dan kinerja APBN hingga April 2024 terjaga baik. Meski demikian, dampak risiko global (high for longer, volatilitas harga komoditas, dan dinamika geopolitik) terhadap perekonomian dan pasar keuangan domestik perlu terus diantisipasi dan dimitigasi. Peran APBN terus diperkuat dalam mendukung perlindungan masyarakat, transformasi perekonomian, serta pembangunan yang inklusif dan berkesinambungan.