Oleh: Helen Septriana Purba, KPPN Batam
Kehadiran pandemi Covid-19 berdampak pada perubahan dalam tatanan proses bisnis dunia pemerintahan yang dituntut untuk lebih fleksibel, responsif, dan adaptif. Hal ini mendorong terciptanya sistem baru di mana pelayanan publik yang pada awalnya memberikan layanan secara tatap muka (onsite) beralih menjadi layanan dalam jaringan (online). Penyesuaian dalam proses bisnis ini tentunya juga akan berdampak kepada peningkatan kebutuhan akan sumber daya manusia yang mudah untuk beradaptasi atas setiap perubahan dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan era digital. Pengelolaan atas sumber daya manusia harus mempertimbangkan kondisi di mana sumber daya manusia adalah katalisator perubahan.
Saat ini Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan memiliki 182 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang tersebar di berbagai pulau wilayah kerja Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyesuaian proses bisnis dan besarnya jumlah sumber daya ini diharapkan juga akan mendorong pengkajian ulang terhadap pemetaan kompetensi dan penempatan kebutuhan pegawai.
Sebagai implikasi Covid-19, penelitian tentang sumber daya manusia tentunya akan menjadi sangat strategis. Pertama, pandemi dapat memberikan gambaran pemahaman tentang bagaimana konteks pekerjaan memengaruhi perilaku dan tindakan pegawai. Perilaku pegawai dapat dilihat dengan bagaimana pegawai merespons dalam menerima penugasan, memproses penyelesaian pekerjaan, dan relasi pegawai dengan keluarga atau kolega saat pelaksanaan pekerjaan saat bekerja di kantor atau work from home.
Kedua, perilaku tersebut akan menimbulkan respons lanjutan antara para pemangku kepentingan, antara lain relasi antarpegawai di kantor yang sama, relasi pegawai kantor pemberi layanan dengan para penerima layanan, dan relasi kantor dengan layanan sejenis. Sebagai contoh, layanan yang diberikan KPPN yang pada awalnya memberikan pembinaan secara langsung (onsite) akhirnya dialihkan dengan pembinaan dalam jaringan (online). Mitra kerja dengan kedewasaan teknologi yang bervariasi, dituntut untuk menerima pembinaan dengan segala keterbatasannya. Adanya satuan kerja yang memiliki jaringan internet kurang memadai, tentunya menimbulkan tantangan tersendiri bagi para pemberi layanan yang ingin memberikan pembinaan. Pekerjaan yang awalnya dapat dilaksanakan dalam waktu yang lebih singkat, akhirnya diselesaikan dalam durasi yang lebih panjang. Contoh yang lain misalnya munculnya ketegangan antara para pegawai yang dapat melaksanakan pekerjaan secara remote (work from home/base) dengan pegawai yang harus bekerja di kantor (dengan berbagai pertimbangan).
Ketiga, kemungkinan akan munculnya ketegangan antara peran strategis dan peran operasional. Contoh terakhir pada poin kedua mungkin akan menimbulkan asumsi siapa yang memiliki peran terpenting atau mungkin peran pendukung dalam perjalanan proses bisnis sebuah organisasi.
Para pimpinan dan pengelola sumber daya manusia kiranya juga bergerak cepat dalam menggali kemungkinan-kemungkinan yang muncul sebelum berubah menjadi fenomena gunung es, saat ini tidak tampak seperti masalah tetapi suatu hari nanti muncul sebagai pemecah belah. Dibutuhkan penyesuaian dalam pengelolaan sumber daya manusia sejalan dengan penyesuaian atas pelaksanaan proses bisnis yang baru.
Kontribusi dari berbagai pihak tentunya sangat diharapkan untuk memberikan masukan terkait penelitian tentang sumber daya manusia ini. Hasil penelitian tersebut mungkin saja akan mendorong pemetaan dan penempatan ulang pegawai yang ada saat ini atau memberikan gambaran atas rencana kebutuhan pegawai di masa yang akan datang, tidak hanya untuk KPPN, tetapi juga untuk Kementerian Keuangan.
Pemetaan ulang tersebut dapat saja memberikan dampak pada perubahan struktur organisasi menjadi lebih sederhana yang mungkin akan memunculkan dinamika politik karena memberikan efek jabatan struktural yang dikurangi atau bahkan dihapus sehingga memungkinkan munculnya konflik kepentingan.
Besar harapan penulis bahwa setiap pegawai baik pelaksana maupun pejabat memiliki pengertian dan kesadaran bahwa setiap pribadi memiliki perannya masing-masing dalam organisasi, tidak hanya karena posisi jabatannya, tetapi dampak yang diberikan. Sehingga apa pun posisinya, setiap pegawai tetap profesional untuk memberikan kontribusi dan kinerja yang terbaik.
Sebagai bagian utama yang berperan dalam organisasi, diharapkan potensi para pegawai dapat lebih digali dan dimaksimalkan. Bukan bermaksud untuk melakukan eksploitasi, melainkan ibarat memunculkan permata tentu membutuhkan banyak proses yang tidak singkat sehingga Insan Perbendaharaan siap berperan dalam mewujudkan New DJPb in Town.
Disclaimer: tulisan merupakan opini pribadi penulis dan bukan mewakili pandangan organisasi