Padang, 31 Januari 2023 – Pada tahun 2022, kondisi perekonomian Provinsi Sumatera Barat mampu menghadapi berbagai tantangan yang cukup berat khususnya kenaikan tingkat inflasi di Sumatera Barat pada akhir tahun 2022. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat pada triwulan IV Tahun 2022 sebesar 4,15% (yoy). Sedangkan, tingkat inflasi di Provinsi Sumatera Barat pada bulan Januari 2023, menurun jika dibanding bulan Desember 2022. Pertumbuhan ekonomi yang tetap positif pada akhir tahun 2022 menunjukan bahwa APBN telah bekerja secara optimal pada tahun 2022 dan bisa menjadi bekal kuat dalam menghadapi risiko ekonomi global di tahun 2023.
Kinerja APBN tahun 2022 yang baik sebagai modal menghadapi tahun 2023 Realisasi APBN sampai dengan 31 Januari 2023 di regional Sumatera Barat semakin menunjukan perbaikan. Tren kinerja positif sisi penerimaan APBN mengawali awal tahun 2023. Sampai dengan akhir 31 Januari 2023, realisasi pendapatan negara di Sumatera Barat tercatat mencapai Rp 532,35 miliar atau 6,65% dari target pada APBN 2023. Pendapatan Wilayah Sumbar mengalami pertumbuhan negatif atau terkontraksi sebesar -4,00% (yoy) atau senilai Rp22,17 Miliar dibanding Januari 2022.
Secara nominal, realisasi komponen pendapatan terdiri dari penerimaan perpajakan mencapai Rp476,2 miliar (7,12 persen dari target) turun 8,21% (yoy), sedangkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp56,15 miliar (4,26% dari target), tumbuh 57,15%. Turunnya penerimaan perpajakan pada awal tahun 2023 ini dikarenakan turunnya pendapatan bea keluar/ekspor yang cukup signifikan dibanding Januari 2022.
Pendapatan negara bersumber dari penerimaan pajak dalam negeri dan penerimaan perpajakan perdagangan internasional (Bea dan Cukai). Realisasi penerimaan pajak dalam negeri tercatat sebesar Rp421,14 miliar atau telah mencapai 7,43% terhadap target pada APBN 2023. Realisasi penerimaan pajak tersebut tumbuh 47,66% (yoy) yang didorong oleh meningkatnya setoran PPh Pasal 25 Badan. Secara nominal, jenis pajak yang memiliki kontribusi terbesar terhadap total penerimaan pajak dalam negeri di Sumatera Barat adalah Pajak Penghasilan dengan realisasi sebesar Rp291,33 miliar. Secara sektoral, sektor Industri Pengolahan menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap penerimaan pajak dalam negeri pada bulan Januari 2023 yang mencapai Rp117,77 miliar atau 27,96% dari total penerimaan pajak dalam negeri di Sumatera Barat.
Realisasi penerimaan komponen perpajakan dari kepabeanan dan cukai hingga akhir Januari 2023 sebesar Rp55,06 miliar atau 4,26% dari target tahun 2023 dan terkontraksi sebesar 76,43% (yoy). Secara nominal, penerimaan BC terdiri dari Penerimaan Bea Masuk (BM) sebesar Rp4,51 miliar (48,86% dari target), tumbuh 390,22% (yoy), dan Penerimaan Bea Keluar (BK) mencapai Rp 50,55 miliar (5,02% dari target), turun 78,27% (yoy).
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sampai dengan akhir Januari 2023 mencapai Rp56,15 miliar (4,26% dari target), tumbuh 57,15%. Kenaikan realisasi PNBP pada bulan Januari 2023 jika dibandingkan dengan Januari 2022 ini disebabkan karena adanya kenaikan realisasi PNBP lainnya sebesar Rp. 19,18 miliar menjadi Rp 54,91 miliar (14,55% dari target) serta adanya realisasi Pendapatan BLU yang sudah dicatat di bulan Januari 2023 sebesar Rp. 1,24 miliar.
Optimalisasi Belanja Negara menjelang berakhirnya tahun anggaran Realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir Januari 2023 mencapai Rp1.865,96 miliar (6,03% dari pagu APBN 2023), terkontraksi 5,19% dari tahun sebelumnya. Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp295,81 miliar dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp1.570,15 miliar.
Realisasi Belanja Pemerintah Pusat terkontraksi sebesar 0,47% (yoy). Lebih rendahnya realisasi Belanja Pemerintah Pusat periode Januari 2023 terutama disebabkan karena adanya penurunan realisasi Belanja Modal pada awal tahun 2023.
Realisasi Belanja Pegawai s.d. 31 Januari 2023 mencapai Rp225,35 miliar atau 4,71% dari pagu, tumbuh 2,95% (yoy). Sementara itu, realisasi Belanja Barang mencapai Rp42,66 miliar atau0,94% dari pagu, namun jika dibandingkan periode Januari 2022, belanja barang tumbuh 27,76% (yoy) jika dibandingkan realisasi Belanja Barang periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, Belanja Modal mampu terealisasi sebesar Rp27,8 miliar atau 1,62% dari pagu, terkontraksi 38,14% (yoy). Sedangkan, untuk Belanja Bantuan Sosial, hingga 31 Januari 2023 belum ada realisasi.
Realisasi TKDD sampai dengan menjelang berakhirnya bulan Januari 2023 mencapai Rp1.570,15 miliar atau 7,89% dari pagu dan mengalami penurunan sebesar 6,03% (yoy) dibanding tahun lalu pada periode yang sama. Hal ini yang didorong utamanya oleh belum adanya realisasi Dana Desa sampai 31 Januari 2023 lalu.. Pada Januari 2023, tercatat baru ada realisasi Dana Bagi Hasil Rp. 24,71 miliar atau 4,74% dan Dana Alokasi Umum sebesar Rp.1.545,43 atau 11,86%. Sedangkan Dana Insentif Daerah, Dana Alokasi Khusus Fisik dan Dana Alokasi Khusus Nonfisik serta Dana Desa belum mencatatkan realisasi hingga akhir Januari 2023.
Kinerja realisasi penyaluran Dana Bagi Hasil meningkat pada Januari 2023 jika dibandingkan dengan Januari 2022 dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 59,28% atau ada peningkatan sebesar Rp. 9,2 miliar. Sedangkan Dana Alokasi Umum mencatat kontraksi sebesar 6,5% dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu.
Mekanisme penyaluran Dana Transfer Ke Daerah yang baru pada tahun 2023, dimana terdapat kebijakan penyaluran dan perhitungan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya serta saat ini penyaluran Dana Transfer Ke Daerah seluruhnya disalurkan melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang ada di daerah. Hal ini membutuhkan kerja keras dari seluruh pihak agar penyaluran Transfer Ke Daerah dapat lebih efektif, efisien dan tepat sasaran.