Jakarta, djpb.kemenkeu.go.id,- Ditjen Perbendaharaan memiliki data pengelolaan APBN pada aplikasi seperti SPAN, SAKTI, maupun dari dashboard Sistem Layanan Data Kementerian Keuangan (SLDK). Namun, Dirjen Perbendaharaan Hadiyanto mengingatkan bahwa data hanya akan bermakna jika telah melalui proses pengolahan menjadi informasi.
"Pimpinan kita dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa kita praktis "tidur di atas data". Data merupakan aset yang perlu dikelola sehingga memberikan manfaat yang optimal. Sebagaimana ungkapan Clive Humby, “Data is the new oil. Data is just like crude. It’s valuable, but if unrefined it cannot really be used.” Data akan bermanfaat hanya jika diolah, menjadi masukan penting untuk membuat keputusan maupun pengambilan kebijakan (evidence-based policy)," jelasnya dalam Grand Launching DJPb Data Analytics Competition (DDAC) yang diselenggarakan secara daring, Kamis (07/10).
Terlebih di tengah pandemi COVID-19, sejumlah kebijakan pelaksanaan APBN diarahkan untuk percepatan pemulihan ekonomi sehingga diperlukan kemampuan mengantisipasi dan memprediksi dampaknya. "Wilayah di Indonesia memiliki karakteristik ekonomi dan sosial yang berbeda, sehingga permasalahan yang dihadapi dan kebijakan yang perlu diambil berbeda. Berbagai analisis telah dilakukan dengan pendekatan statistik. Contohnya dalam Kajian Fiskal Regional (KFR), Kanwil DJPb menganalisis dampak fiskal terhadap indikator kesejahteraan, antara lain tingkat kemiskinan, pengangguran, dan indeks pembangunan manusia. Penajaman fungsi Kanwil DJPb sebagai Regional Chief Economist (RCE) yang ruang lingkup pengembangannya meliputi ALCo Regional, CPIN Regional, Penajaman KFR, serta Forum KPKN juga perlu didukung dengan analisis yang memadai. Untuk itu perlu penguatan pada sisi metodologi, penggunaan teknologi, serta pengembangan kemampuan SDM," tegas Hadiyanto.
Data analytics diharapkan dapat membantu menjawab berbagai tantangan tersebut, untuk mendukung implementasi Treasury Big Data yang tentunya akan memperkuat peran dan fungsi Perbendaharaan sebagai pengelola fiskal.
"DDAC merupakan momen yang tepat untuk mulai membudayakan data analytics di lingkungan DJPb sehingga mendukung impelementasi data driven organization di DJPb. Ide/konsep yang telah tercetus dapat dimatangkan melalui kegiatan workshop, bahkan saya harap dari kegiatan ini diperoleh pemantik ide-ide baru yang dapat menjadi solusi atau inovasi. Yang perlu digarisbawahi, data analytics merupakan cara, bukan sebuah tujuan. Tujuannya yaitu menghasilkan kebijakan yang dibangun berdasarkan data untuk mendorong perbaikan kualitas layanan pemerintah secara umum dan DJPb khususnya, serta peningkatan kualitas pengelolaan APBN," pungkas Hadiyanto.
DDAC 2021 yang mengusung tema "Analisis Data Pengeluaran APBN untuk Pengambilan Keputusan" dengan tagline "Empowering Data, Encouraging Idea" adalah kompetisi yang merupakan bagian dari Treasury Competition dalam rangka Hari Bakti Perbendaharaan tahun 2021. Direktur Pelaksanaan Anggaran Tri Budhianto dalam laporannya menyebutkan bahwa DDAC bertujuan untuk memperkenalkan data analytics, menginspirasi ide-ide atau inovasi baru terkait kebijakan dan pengelolaan keuangan negara melalui pemanfaatan data, serta menggali potensi insan perbendaharaan di bidang sains data.
"Pemanfaatan data sebagai aset organisasi dapat menyediakan informasi yang faktual dalam mendukung arah kebijakan dan pengambilan keputusan, memberikan layanan berkualitas dan berkesinambungan kepada stakeholders. Hal tersebut mengarahkan kita pada upaya transformasi digital di lingkungan Ditjen Perbendaharaan," ungkapnya.
Adapun Direktur Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan (SITP) Saiful Islam menyebutkan bahwa DJPb memiliki sederetan kesempatan mulai dari sumber daya data APBN yang sangat detail, juga memiliki jaringan koordinasi luas yang menjangkau pusat maupun daerah, Kementerian/Lembaga, industri perbankan, sampai pemerintah daerah. "Pengalaman ini menjadi modal besar guna membangun budaya baru menjadi data driven organization, melalui pengadopsian emerging technology yang menghasilkan knowledge dari proses analisis dan penggalian informasi yang kita kenal dengan data analytics," tuturnya.
Untuk makin memperkaya wawasan seputar data analytics, dihadirkan Lektor dan Ketua Program Studi Sarjana Sistem dan Teknologi Informasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Yudistira Dwi Wardhana Asnar selaku pembicara. Yudistira mengajak untuk memulai dengan bagaimana mengelola data secara baik sebagai kebutuhan dari suatu institusi. Jangan sampai data ada, tetapi tidak tahu akan digunakan untuk apa. "Buatlah data itu fashionable supaya bisa dikonsumsi oleh banyak orang, tetapi juga tetap harus actionable supaya bisa tahu apa yang perlu dilakukan selanjutnya," pesannya. [MBU]