
Sumber Dokumentasi: Tim Media Kanwil DJPb Provinsi NTB
Penerimaan Negara
Secara Umum
Realisasi Pendapatan Negara Wilayah Nusa Tenggara Barat, sampai dengan 31 Juli 2024 mencapai Rp5.494,36 miliar (56,31% target), mampu tumbuh sebesar 108,34% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Pada lingkup Provinsi NTB, penerimaan Perpajakan menyumbang 91% dari total penerimaan negara (sebesar Rp4.999,57 miliar), sedangkan PNBP menyumbang 9% dari total Penerimaan Negara (sebesar Rp494,79 miliar).
Penerimaan Pajak
Penerimaan pajak sampai 31 Juli 2024 di Provinsi NTB berhasil dikumpulkan sebesar Rp2.372,52 miliar atau 54,56% dari target sebesar Rp4.348,23 miliar (tumbuh sebesar 33,41%). Berdasarkan nominal capaian penerimaan per jenis pajak 2024 pada Provinsi Nusa Tenggara Barat, penerimaan didominasi oleh Pajak Penghasilan sebesar Rp. 1.558,37 M dan PPN dan PPnBM sebesar Rp591,4 M.
Proporsi PPh yang besar, membuat pertumbuhan pajak secara keseluruhan tetap terjaga. Pajak Penghasilan mengalami pertumbuhan positif didukung oleh peningkatan hampir di semua jenis pajak penghasilan dan sektor yang berkaitan. PPN dan PPnBM mengalami pertumbuhan negatif dikarenakan peningkatan restitusi pada sektor Konstruksi, dan Perdagangan. Sementara sektor lain mengalami pertumbuhan positif.
Pada periode Januari s.d. Juli 2024, 3 sektor usaha dengan kontribusi pajak terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu Sektor Administrasi Pemerintah dengan peranan 28,28%, disusul dengan sektor Pertambangan sebesar 19,31%, dan sektor Perdagangan sebesar 12,83%. Pertumbuhan tertinggi sektor usaha dominan dialami oleh sektor Pertambangan sebesar 177,98% disebabkan adanya pembayaran PBB Pertambangan. Disusul oleh sektor Real Estat dengan pertumbuhan sebesar 128% yang terjadi karena terdapat pembayaran royalti PPh Pasal 26 di bulan Januari atas penyelenggaraan event motogp 2023.
Penerimaan Kepabeanan dan Cukai
Target penerimaan kepabeanan dan cukai pada regional Provinsi NTB sebesar Rp4,91 triliun, meningkat 50,47% dibandingkan target tahun 2023. Realisasi penerimaan pabean dan cukai mencapai Rp2,62 triliun atau 53,28% dari target. Realisasi ini tumbuh 532,85% (y-o-y).
Realisasi penerimaan Bea Masuk s.d. Juli 2024 sebesar Rp64,31 miliar rupiah, atau 48,27% dari target sebesar Rp133,24 miliar. Realisasi tersebut tumbuh Rp6,07 M (↑10,41%) YoY dikarenakan adanya penerimaan Bea Masuk yang berasal dari importasi tidak rutin berupa Gula Mentah (Raw Sugar) oleh PT. Sukses Mantap Sejahtera dan importasi dalam rangka pembangunan smelter.
Realisasi penerimaan Bea Keluar s.d. Juli 2024 sebesar Rp2,54 triliun atau 53,38% dari target sebesar Rp4,76 triliun. Realisasi penerimaan BK s.d. Juli 2024 tumbuh Rp2,2 T (↑642,67%) YoY, didorong meningkatnya kegiatan ekspor konsentrat tembaga PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) dan relaksasi ekspor konsentrat dengan terbtinya Surat Persetujuan Ekspor (SPE) 2024 sejak bulan Juli 2024 dengan tarif 7,5%.
Realisasi penerimaan Cukai s.d. Juli 2024 sebesar Rp14,05 miliar, atau 59,65% dari target sebesar Rp23,54 miliar. Realisasi Cukai s.d. Juli 2024 tumbuh Rp0,57 M (↑4,26%) YoY, didorong adanya penerimaan cukai berupa sanksi administrasi cukai serta tumbuhnya produksi BKC berupa Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Tembakau Iris (TIS).
Penerimaan Pengelolaan Kekayaan Negara dan PNBP DJKN
Realisasi PNBP atas hasil pengelolaan kekayaan negara dan lelang sampai dengan Juli 2024 sebesar Rp 7,79 M (51,03% dari target tahunan 15,28 M), PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN menandakan kemampuan aset untuk menghasilkan. Sedangkan, PNBP yang bersumber dari biaya administrasi pengurusan Piutang Negara secara bertahap diharapkan akan menurun, yang berarti bahwa kesadaran dan kemampuan Masyarakat untuk membayar kewajibannya kepada negara telah meningkat.
Sampai dengan bulan Juli 2024, KPKNL Mataram dan KPKNL Bima telah melaksanakan pengurusan piutang negara hingga mengurangi outstanding tidak tertagih sebesar Rp427,55 Juta (81,44% dari target tahunan). Sampai dengan Juli 2024, KPKNL Mataram dan KPKNL Bima telah melaksanakan Lelang yang menghasilkan PNBP Bea Lelang sebesar Rp1,87 M (37,40% dari target tahunan) dan Pokok Lelang mencapai Rp69,48 M (37,15% dari target tahunan).
Pendapatan Negara Bukan Pajak
Di sisi sektor PNBP secara keseluruhan, Penerimaan PNBP mampu tumbuh sebesar 13,11% (y-o-y). Pertumbuhan ini didominasi oleh pertumbuhan penerimaan dari BLU, dengan pertumbuhan sebesar 20,03% (y-o-y). Penerimaan dari Pendapatan BLU yaitu sebesar Rp206,08 miliar, sedangkan penerimaan dari PNBP Lainnya yaitu sebesar Rp288,71 miliar. BLU Pemerintah Pusat yang ada di Provinsi NTB berkinerja dengan baik. Total pendapatan jasa pelayanan pendidikan dari perguruan tinggi berstatus BLU di NTB (Poltekkes Mataram, UIN Mataram, Unram) mencapai Rp177,46 miliar. Sedangkan pendapatan jasa pelayanan rumah sakit dari rumah sakit berstatus BLU (Rumah Sakit Bhayangkara Mataram) mencapai Rp23,3 miliar.
Pendapatan PNBP dari wisata alam yang dikumpulkan Balai Konservasi SDA NTB Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, dan Balai Taman Nasional Tambora sebesar Rp11,5 miliar.
Belanja Negara
Sisi belanja negara mampu mengalami pertumbuhan sebesar 5,72% (y-o-y) yang didukung oleh membaiknya realisasi Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sebesar 6,64% (y-o-y) dan TKD sebesar 5,25%. Belanja Pemerintah Pusat s.d. 31 Juli 2024 mencapai Rp4.960,65 miliar. Realisasi ini didominasi oleh Belanja Barang sebesar Rp2.042,48 miliar (50,64% dari pagu) dan Belanja Pegawai sebesar Rp2.169,33 miliar (66,41% dari pagu). Belanja Modal turut memberi andil pada Belanja Pemerintah Pusat atau Belanja Kementerian/Lembaga tersebut, yaitu sebesar Rp737,69 miliar (44,49% dari pagu). Terakhir, Belanja Bantuan sosial telah direalisasikan sebesar Rp11,16 miliar dari pagu tahun 2024 sebesar Rp20,19 miliar.
Belanja Modal yang dilakukan oleh satker K/L pada bulan ini mengalami kontraksi sebesar 39,30% (y-o-y). Hal ini disebabkan beberapa pekerjaan dengan dana besar mundur ke semester II disebabkan perubahan musim hujan, juknis terlambat diterbitkan, menunggu kepastian realisasi target (pada satker PNBP), dan terdapat hasil lelang yang lebih kecil dari pagu.
Pada sisi TKD, sebagai imbas dari terlambatnya penerbitan juknis, penyaluran DAK Fisik kembali mengalami kontraksi dibandingkan tahun lalu, yaitu sebesar 2,32% (y-o-y) pada bulan ini.
Pertumbuhan belanja didorong oleh akselerasi kegiatan yang dilaksanakan oleh satker-satker lingkup Provinsi NTB. Lima K/L dengan kinerja realisasi belanja tertinggi pada Provinsi NTB yaitu Badan Pengawasan Pemilihan Umum, BKKBN, Kementerian Pertahanan, Kementerian Pariwisata, dan Kementerian Perindustrian.