Liputan Kuliah Umum Dirjen PBN di STAN
Jakarta, perbendaharaan.go.id &ndash Dunia kampus adalah murni dunia ilmu. Sementara dunia kerja sangat berbeda dengan dunia kampus. Sering kali ada kesenjangan antara ilmu yang dipelajari di kampus dengan kenyataan di dunia kerja. Dibutuhkan katalisator untuk menyambungkan dua dunia itu. Untuk kepentingan itu Senin, 26 April 2010, Dirjen Perbendaharaan, Herry Purnomo, memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa STAN Jakarta.
&ldquoKuliah umum seperti ini perlu disampaikan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang akan dihadapi di dunia kerja nanti,&rdquo kata Dirjen Perbendaharaan sejenak sebelum memasuki ruang utama gedung G kemarin. &ldquoAgar ada kesesuaian antara yang dipelajari di kampus dengan apa yang akan dikerjakan di kantor,&rdquo lanjut beliau.
Di hadapan tiga ratusan mahasiswa dari tingkat satu hingga tingkat tiga tersebut, Herry Purnomo menjelaskan bahwa selama ini ada kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki dengan kompetensi yang dibutuhkan. Baik hard competency maupun soft competency. &ldquoHard competency, ok, lulusan STAN menjadi motor di kantor-kantor. Tetapi yang lebih utama adalah soft competency,&rdquo kata beliau mengawali kuliah umumnya.
Selama lebih dari dua jam, orang nomor satu di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan ini menjelaskan panjang lebar mengenai aktivitas organisasinya. Mulai dari kebutuhan SDM yang harus memiliki Standard kompetensi yang sudah ditetapkan, baik hard skill maupun soft skill, sampai reformasi birokrasi yang sudah dia jalankan. &ldquoUntuk meraih sukses, kedua kompetensi itu harus dipadukan,&rdquo jelasnya. &ldquoKita tidak mau ada pegawai yang pinter tapi nyolongan,&rdquo tambahnya.
&ldquoContoh sederhananya, seperti sebuah tim sepak bola. Hard skill-nya adalah kemampuan berlari, menendang dan berebut bola. Soft skill-nya kemampuan bekerja sama, mengambil inisiatif mau ikut menyerang atau bertahan, mengambil keputusan mengumpan atau langsung tembak ke gawang dan kegigihan dalam merebut dan mempertahankan bola,&rdquo sambungnya.
Kompetensi mutlak diperlukan oleh semua individu. Kesenjangan kompetensi, memberikan banyak dampak negatif. Para pencari kerja kesulitan mendapatkannya karena kalah bersaing, jika sudah berada di dalam organisasi, akan kesulitan bekerja profesional, dan secara individu kesenjangan kompetensi menjadi penghalang tumbuhnya kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, STAN, sebagai lembaga pendidikan berkewajiban menutup kesenjangan ini. Sementara yang bisa dilakukan oleh organisasi, dengan menyelenggarakan berbagai diklat bagi para pegawai. Sedangkan individu-individu harus mau melakukan continuous improvement untuk menutup gap tersebut.
Menyikapi perubahan yang dilakukannya di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Herry Purnomo menjelaskan, bahwa ada tiga hal yang menjadi dasar filosofi. Pertama, yang abadi di alam semesta ini adalah perubahan. Kedua, perubahan harus dilakukan karena dorongan pihak internal maupun eksternal. Ketiga, mewaspadai resistensi yang seringkali menjadi hal yang paling dominan dalam upaya perubahan.
Di akhir kuliah umum, Dirjen Perbendaharaan berpesan kepada seluruh mahasiswa untuk mempersiapkan diri berkarya di dunia kerja. &ldquoDunia kerja itu lain dengan dunia kampus. Saudara-saudara harus mempersiapkan diri dari sekarang,&rdquo kata salah Pejabat Eselon I di Departemen Keuangan ini. &ldquoJangan mudah puas dengan ilmu yang sudah diterima, senantiasa meng-update pengetahuan yang bersifat teknis,&rdquo lanjut beliau. &ldquoDan yang terakhir, senantiasa mengasah soft skills, terutama dalam tata krama, budi pekerti dan integritas,&rdquo pesannya mengakhiri kuliah umum selam dua jam tersebut.
Oleh: Bambang Kismanto &ndash Perbendaharaan Media Center/Bagian Pengembangan Pegawai
