Jakarta, djpb.kemenkeu.go.id,- Nilai rohani peristiwa besar Isra Mi'raj memiliki dampak yang luar biasa, dengan dua pesan kunci yaitu sabar dan shalat. Sabar tidak hanya dibutuhkan ketika ada musibah atau cobaan, tetapi juga dalam melaksanakan tugas dan konsisten menjalankan setiap amanah. Ujian kesabaran akan membawa ke jenjang yang lebih tinggi. Adapun shalat memiliki hikmah sikap tidak terburu-buru, untuk berkonsentrasi pada apa yang sedang dikerjakan, sekaligus juga tidak bersikap lalai. Pesan ini disampaikan oleh Dirjen Perbendaharaan Hadiyanto dalam kegiatan peringatan Isra Mi'raj yang diselenggarakan secara daring oleh Masjid Al Amanah DJPb, Rabu (02/03).
"Critical message pertama adalah sabar. Kita harus yakin tugas yang kita laksanakan adalah dengan tujuan ibadah yang mulia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, kesehatan, dan kemampuan rakyat Indonesia. Saya juga mendorong semua Insan Perbendaharan untuk tidak mudah patah arang kala beban dan tantangan makin berat. Terus kembangkan potensi diri, unlock your potentials dan berkinerja melampaui target yang telah ditetapkan," jelas Dirjen Perbendaharaan dalam acara yang bertema "Spirit Sabar dan Shalat untuk Wujudkan Go The Extra Mile Insan Perbendaharaan" ini.
Adapun critical message yang kedua adalah shalat. "Sesibuk apa pun pekerjaan, jika tiba waktu shalat mari kita tunaikan tepat waktu, karena shalat menjadi salah satu integrity framework dalam menghindari perbuatan yang bersifat KKN maupun perbuatan munkar lainnya. Shalat juga melatih untuk hidup bersih, disiplin, dan fokus. Karakter ini yang menjadi modal untuk berkinerja melampaui ekspektasi," tambahnya.
Wakil Ketua Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Pusat, Ustadz Dr. Wido Supraha yang menjadi pemateri dalam kegiatan ini menyampaikan bahwa energi seorang muslim adalah dari bersabar dan menegakkan shalat.
"Di balik kesabaran ada kemudahan dan kebahagiaan. Jika seseorang diberi tantangan baru, dengan target yang begitu menantang maka dia akan tertarik untuk membuat karya yang lebih kreatif. Apalagi era disrupsi menuntut untuk menerapkan design thinking, bekerja melebihi sekadar yang menjadi pelayanan," jelasnya. Adapun ibadah ritual seperti shalat sangat dibutuhkan untuk dapat melahirkan ibadah sosial yang excellent di dunia, termasuk berprestasi dalam pekerjaan. Excellence sebagai terjemahan dari ihsan ini juga akan mendorong agar dalam melaksanakan penugasan tidak sekadar memenuhi kewajiban, melainkan juga berupaya mewujudkan kesempurnaan. [LRN/SW]