"Dengan manajemen dan kontrol diri yang baik, stres justru akan memotivasi dan membuat kinerja kita lebih produktif."
Setidaknya itulah inti daripada acara Capacity Building Tahun 2014 yang digelar KPPN Banda Aceh pada hari Senin (15/12/2014) mulai pukul 19.30 WIB bertemakan “Hari Ceria, No Stres”, sebagaimana disampaikan oleh Dra. Nur Jannah, Psikolog, M.M., C.H.T (Psikodista Konsultan) selaku narasumber dengan didampingi oleh Saudara Gun-Gun Purnama, diikuti para pegawai KPPN Banda Aceh dengan penuh antusias, meskipun sedari pagi hingga sore hari telah disibukkan dengan pekerjaan di kantor yang telah memasuki masa akhir tahun anggaran 2014. Acara ini dikemas dalam bentuk sharing pengetahuan dan diselingi dengan rangkaian fun games yang membutuhkan kreativitas dan konsentrasi.
Dalam sambutannya, Kepala KPPN Banda Aceh, Fauzil Amri, mengatakan acara ini merupakan yang pertama dari rangkaian kegiatan Capacity Building yang diadakan oleh KPPN Banda Aceh setiap tahun, menyusul akan dilaksanakan kegiatan Family Gathering tanggal 20 Desember 2014. Lebih lanjut, Beliau menjelaskan kepada narasumber mengenai kondisi kerja di KPPN Banda Aceh yang sangat padat dengan diikuti target dan deadline membuat tingkat stress sangat besar, terlebih di bulan Desember merupakan periode tersibuk dengan menumpuknya pekerjaan. Selain itu, sebagian pegawai KPPN Banda Aceh berasal dari luar Aceh dan jauh dari keluarga, karena itu diperlukan manajemen stres yang tepat dan efektif.
Acara dibuka dengan sebuah game yang dibimbing oleh Saudara Gun-Gun. Dalam game ini, peserta diharuskan membentuk lingkaran dan diberikan nomor urut yang harus diingat. Instruktur nantinya akan memberikan instruksi khusus dan bagi peserta yang nomornya dipanggil harus melakukan apa yang telah diinstruksikan. Sederhana memang, tapi menuntut konsentrasi dan pikiran yang fokus.
Selanjutnya, narasumber menyampaikan materi seputar stres dan manajemen stres yang baik. Menurut Beliau, stres sama sekali berbeda dengan sakit jiwa seperti anggapan mayoritas orang. Stres adalah perubahan psikologi, fisik, dan sosial akibat adanya perubahan situasi dan kondisi dengan bertambahnya tekanan, baik yang berasal dari diri sendiri, maupun lingkungan. Pada saat stres, terjadilah rangkaian reaksi yang disebut dengan General Adaptation Syndrome (GAS) yang tahapannya meliputi : 1. Tahap Peringatan; 2. Tahap Perlawanan; dan jika stres yang dirasakan terlalu kuat, bisa berlanjut ke tahap III, yaitu Tahap Keletihan. Pada tahapan terakhir inilah sistem imun tubuh mengalami penurunan dan bisa mengakibatkan berbagai macam penyakit, seperti gangguan kardiovaskular (jantung), tekanan darah tinggi, kolesterol, dan bahkan depresi.
Tingkatan respons terhadap stres bisa berbeda antara orang satu dengan lainnya. Respons-respons tersebut antara lain dengan mengorientasikan diri, melawan, menjauhi sumber stres (stressor), atau bahkan membekukan diri (tak mampu berbuat apapun). Stres dalam level tertentu justru sangat bagus untuk memotivasi dan meningkatkan kinerja serta produktivitas.
Setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk menyiasati stres, diantaranya dengan pijatan, musik, ibadah yang khusuk, dan bahkan tidur. Dengan demikian, diharapkan otak kita akan memasuki fase gelombang Alfa yang diidentikkan dengan kondisi rileks. Untuk membantu pegawai merelaksasikan diri pada saat jam istirahat, di berbagai perusahaan telah memainkan musik brainwaves berupa suara-suara yang berasal dari alam.
Sebelum menutup acara, narasumber mengajarkan kepada pegawai mengenai terapi stres yang lazim disebut Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yang pada dasarnya mirip terapi akupunktur namun dengan hanya menggunakan ketukan jari (fingers tapping) pada titik-titik tertentu dari tubuh.